ANGGKRINGAN SEBAGAI RUANG PUBLIK
ANGGKRINGAN SEBAGAI RUANG PUBLIK
Foto Es Tea, Nasi Kucing, Tempe Goreng, Telur Puyuh dan Hati Ayam di Angkringan Pak Doyok
Bagi Mahasiswa di Kota Jogjakarta, Nasi Kucing, Es Teh, Telur Puyuh, Kepala Ayam, Kaki Ayam, Tempe dan Tahu goreng di Angkringan bukan lagi yang asing. Karena siapapun pernah makan di sini. Apa lagi ya kalau sudah memasuki tanggal tua wkwkwk..
Selama kurang lebih dua tahun di Kota Jogja, saya punya banyak cerita di Angkringan. Ini rutinitas. Selain sebagai tempat makan minum yang murah meriah khas mahasiswa, Angkringan juga adalah sebuah ruang publik dimana tempat saya berdiskusi bersama para sahabat, menulis, membaca, memikirkan tentang apa saja dan/atau sekedar menghabiskan waktu.
Sekitar tiga minggu lalu di Angkringan yang sama, saya juga bertemu dengan seorang teman mahasiswa dari salah satu PTS di Jogja. Ia berasal dari Kediri, Jawa Timur. Kami berkenalan dan berdiskusi tentang masalah pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo, D. I. Yogyakarta. Kebetulan dia berasal dari salah satu organisasi pergerakan. Kami berdiskusi secara realistis tentang situasi kemanusian dan lingkungan di kawasan pembangunan tersebut. Pasalnya, lahan bandara adalah pemukiman penduduk dan lahan pertanian produktif yang akan dialihfungsikan dengan cara menggusur dan memaksa. Alih-Alih demi kesejahteraan justru menindas manusian kecil tak berdaya. "Ini masalah serius Mas Umbu" jelas Mas Facrul dengan serius. Sayapun terharu (sangat) mendengar cerita ini. Hanya berdoa, "semoga penguasa di Negeri ini segera bertobat sebelum ajal menjemput." Karna maslh kemanusian adl maslah seluruh manusia.
Komentar
Posting Komentar